Suatu hari di musim panas 2012, Tracey Williams sedang menemani anjingnya jalan-jalan di pantai dekat rumahnya di  Newquay, Cornwall, Inggris. Perempuan itu melihat benda persegi hitam, mirip talenan, di antara gundukan pasir. 

Ia mendekati benda itu, menyentuhnya, rasanya kenyal seperti karet. Entah apa gerangan temuannya itu. Hanya ada satu petunjuk: tulisan ‘Tjipetir’ — dengan huruf kapital — yang terukir besar di tengahnya.

Seminggu kemudian ia menemukan benda yang sama di bagian pantai lainnya terbawa gulungan ombak ke tepian.

Terdorong rasa penasaran, Williams memulai penyelidikannya. Hasil riset amatirannya, menjelaskan  bahwa potongan tersebut kemungkinan berasal dari tenggelamnya sejumlah kapal akibat Perang Dunia-I atau tragedi kapal Titanic yang melegenda.

Ia juga menemukan sejumlah berita, bahwa potongan itu tersebar di hampir seluruh pantai seantero Eropa. Terbawa ombak, entah dari mana asalnya, membuat bingung siapapun yang menemukannya.


Media online Inggris seperti Daily Mail,  NY Times memuat beritanya, lalu menyebar keBBC, HuffingtonPost dan banyak website lainnya serta beberapa penerbitan asal Prancis, Lefigaro, memuat tulisan panjang tentang hal serupa dan pernah mengangkatnya pada April 2014.

Misteri lempeng Tjipetir diselidiki oleh salah-satu penemunya

Sedangkan penemu lainnya, Williams tak mau larut dalam misteri dan spekulasi. Ia mencari tahu asal-usul dari benda persegi itu. Melacaknya dari kata ‘Tjipetir’. Dan ia menemukan, kata Tjipetir bersesuaian dengan nama sebuah kebun karet di Sukabumi, Jawa Barat, Indonesia, yang beroperasi sejak akhir Abad ke-19 dan awal Abad ke-20. Ketika Nusantara masih bernama Hindia Belanda.

Williams kemudian mem-posting temuannya itu di Facebook. Hasilnya, ia mendapat banyak komentar yang isinya kurang lebih temuan benda yang sama di pinggiran pantai seperti di Wales, Shetland, Kep. Channel, Spanyol, Prancis, Belanda, Jerman, Norwegia, Swedia, hingga Denmark.

Dalam beberapa tahun terakhir, potongan berbahan seperti karet dengan tulisan “TJIPETIR” asal Indonesia yang berumur hampir satu abad itu ditemukan di sejumlah pantai di utara Eropa dan Inggris.

Mengutip pemberitaan media Prancis, Williams menyatakan potongan tersebut kemungkinan berasal dari puing-puing Titanic yang tenggelam pada 14 April 1912.

“Saya memeriksa data manifestnya dan ditemukan adanya benda yang berasal dari gutta-percha,” jelasnya. Namun di musim panas 2013, Williams menemukan bukti lain.

Dua orang yang enggan disebut namanya menelponnya dan mengatakan potongan “TJIPETIR” tersebut berasal dari sebuah kapal kargo asal Jepang bernama Miyazaki Maru yang tenggelam dalam Perang Dunia-I. Kapal tersebut tenggelam sekitar 241,5 Km sebelah barat pulau kecil bernama Scilly.



Saya diberitahu bahwa Miyazaki Maru terancam tenggelam sehingga membuang sejumlah muatannya. Salah satunya peti-peti berisi potongan ‘TJIPETIR’,” katanya.

Namun ia tak percaya begitu saja. Ia menghubungi badan yang mengurusi dan menerima puing-puing kapal di kotanya. Salah satu pengurusnya, Alison Kentuck, membenarkan bahwa potongan “TJIPETIR” berasal dari Miyazaki Maru.

Dari data yang diperoleh Williams, Miyazaki Maru tenggelam karena di bom kapal selam Jerman U-88 yang dinahkodai Walther Schwieger.

Sebelum Williams, sejumlah orang sudah menemukan potongan karet itu pada 2008. Bahkan, seorang netizen memberitahukan bahwa ia menemukan benda itu sekitar 30 tahun silam dan digunakan sebagai alas untuk membersihkan ikan.

Teorinya menyebutkan sebuah benda dengan berat dan jenis seperti potongan “TJIPETIR” membutuhkan waktu 25 tahun untuk mengelilingi dunia mengikuti arus laut. Artinya potongan “TJIPETIR” sudah mengelilingi dunia sebanyak tiga kali. Arus laut juga yang menyebabakan “TJIPETIR” ditemukan di sejumlah negara Eropa.

Williams pun menemui seorang pakar Oseanografi, Curtis Ebbesmeyer, yang mendalami dan melacak peristiwa kapal-kapal tenggelam. Menurut Ebbesmeyer, potongan “TJIPETIR” kemungkinan besar sudah mengapung dan akhirnya sampai ke pantai selama sekitar 100 tahun.

Lempengan dari bahan Getah Perca

Dan ternyata, benda persegi itu sejatinya bukan karet, namun mirip gutta-percha ataugetah perca . Tanaman tersebut mempunyai nama lain seperti Getah Merah, Isonandra Gutta, Red Makasar, Gutta Seak, atau Gutta Soh.

Gutta-percha  yaitu lateks koagulasi dari cairan getah murni yang dapat mengeras dan berasal dari pohon jenis Sapotaceae yang dapat dipadatkan, umumnya terdapat di Semenanjung Malaysia.

Pada Abad ke-19 hingga pertengahan Abad ke-20 digunakan sebagai insulasi kabel telegraf yang melintang di dasar laut.
Pada masa tersebut, hasil olahan getahgutta-percha digunakan untuk melindungi kabel telegraf yang ditanam di dasar laut.

Sebelum ditemukannya plastik, getah gutta-percha digunakan juga untuk membuat bola golf, pigura, kotak perhiasan, mainan, dan lainnya.

Sekitar tahun 1901, karena peningkatan kebutuhan akan gutta-percha Pemerintah Kolonial Belanda memutuskan untuk membangun Perkebunan Negara Gutta Percha Cipetir dengan menanam tanaman produksi Gutta Percha.



Meski sudah diketahui bagaimana potongan berbahan gutta-percha asal desa Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat tersebut bisa terdampar di Eropa, namun Williams yakin Miyazaki Maru bukan satu-satunya yang membawanya. Sampai kini ia masih menyelidikinya.

Sebelum ada plastik sebagai material yang lebih modern, gutta-percha digunakan sebagai bahan pembuat bola golf, hidung boneka teddy bear, pigura, juga aksesoris. Williams lantas menyebarkan temuannya itu di laman Facebooknya.



Orang-orang pun makin ramai merespons dan berbagi ‘Tjipetir’ temuannya. Ternyata benda persegi itu ditemukan tak hanya di Inggris dan Wales, tapi sampai di Shetland, Channel Islands, Spanyol, Prancis, Belanda, Jerman, Norwegia, Swedia, dan Denmark. Sejumlah orang juga melaporkan temuan karung dan gulungan karet. (Sumber:indocropcircles).

- Copyright © Misnesia - Misteri Indonesia - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -